Rabu, 19 Juni 2013

Subnetting, IP setting, Topologi and the others, My Homework, Just Please Part 4



Well, masih tentang jaringan tentunya. Laporan kali ini berisi tentang banyak angka matematis yang digunakan dalam setting networking di beberapa bagian. Sebelumnya, pernahkah Anda mendengar istilah atau familiar dengan  Router, Hub dan Switch? Apa perbedaanya? Secara singkat perbedaannya adalah :

Router
 Berfungsi agar data sampai ke tempat tujuan pada jaringan sesuai yang dikehendaki. Router biasanya digunakan untuk menghubungkan jaringan lokalke internet. Salah satu contohnya adalah Mikrotik Router dan Linksys WRT54GL yang dalam pengaturan konfigurasinya bisa berfungsi juga sebagai bridge atau switch. Cara Kerjanya adalah dengan cara yang mirip dengan switch dan bridge. Perbedaannya, router merupakan penyaring atau filter lalu lintas data. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan protocol tertentu. Router pada dasarnya merupakan piranti pembagi jaringan secara logical bukan fisikal. Router dapat memilih jalan alternatif yang terbaik (rute terbaik untuk transportasi data.), bila memang ada beberapa jalan untuk mencapai tujuan atau bila salah satu jalan ke tempat tujuan terputus karena sesuatu hal.

Router bekerja pada lapisan physical, data link dan network layer, sehingga tidak dapat digunakan sembarangan. Router umumnya paling tidak terhubung ke dua jaringan., dua LAN atau WAN ke LAN dan jaringan dari ISP ( Internet Service Provider). Beberapa modem DSL dan cable modem juga memiliki fungsi router yang terintegrasi ke dalamnya sehingga memungkinkan beberapa computer membentuk jaringan dan langsung terhubung ke internet. Apabila hub, bridge dan switch merupakan networking device maka router merupakan internetworking device.

Hub
Hub adalah suatu perangkat yang memiliki banyak port yang akan menghubungkan beberapa node (komputer) sehingga membentuk suatu jaringan pada topologi star. Beberapa hub di pasaran kadang disebut dengan istilah hub-switch yang sering dikira oleh kita sebagai switch, tentu saja hub lebih lambat performanya daripada switch.
Cara Kerjanya adalah ketika sebuah paket tiba di salah satu port, paket itu akan disalin ke port-port yang lain di hub. Atau dengan kata lain hub hanya menyalin data ke semua simpul yang terhubung ke hub. Hal ini menyebabkan unjuk kerja jaringan akan lambat.

Hub dengan spesifikasi 10/100Mbps harus berbagi bandwidth dengan masing-masing port. Jadi ketika hanya satu PC yang menggunakan, akan mendapat akses bandwith yang maksimum yang tersedia. Namun, jika beberapa PC beroperasi atau di gunakan pada jaringan tersebut, maka bandwidth akan dibagi kepada semua PC, sehingga akan menurunkan kinerja jaringan

Switch
Switch bentuknya hampir sama dengan hub. Switch atau lebih dikenal dengan istilah LAN Switch merupakan perluasan dari konsep bridge. Salah satu contohnya adalah HP Procurve V1810-8G yang merupakan 8 Port Gigabit Switch.





Cara Kerja adalah terdapat dua arsitektur dasar yang digunakan yaitu: cut-through dan store and forward. Switch cut trough memiliki kelebihan di sisi kecepatan karena ketika sebuah paket datang, switch hanya memperhatikan alamat tujuan sebelum diteruskan ke segmen tujuannya. Sedangkan Switch store and forward merupakan kebalikan dari switch cut-through. Switch ini menerima dan menganalisa seluruh isi paket sebelum meneruskannya ke tujuan dan untuk meneriksa satu paket memerlukan waktu, tetapi ini memungkinkan switch untuk mengetahui adanya kerusakan pada paket dan mencegahnya agar tidak mengganggu jaringan. Switch dengan spesifikasi 10/100Mbps akan mengalokasikan 10/100Mbps penuh untuk setiap port nya. Jadi berapapun jumlah computer yang terhubung, pengguna akan selalu memiliki bandwidth penuh.

Selanjutnya dalam melakukan pengaturan jaringan untuk pembangunan rangkaian topologi tertentu, kita kan menemui beberapa istilah berikut :

a.    Subnet (Subnet Mask)
Ketika paket data tiba disebuah router (hardware untuk menghubungkan jaringan yang satu dengan yang lainnya) atau simpul jaringan apapun, perangkat tersebut harus menentukan kelas alamat dari alamat IP yang dituju oleh sang paket. Nah, disinilahSubnet Mask berperan dalam membantu router membedakan antara bagian jaringan dan bagian host dari sebuah alamat IP.

b.    Subnetting
Subnetting adalah teknik pengaturan jaringan yang bertujuan untuk mengefisiensikan pengelolaan dan penggunaan IP Address dalam sebuah jaringan. Adakalanya tatacara penulisan IP Address 32 bit seperti : 192.168.1.1, tapi juga terkadang dapat pula ditulis 192.168.1.1/24. Apa maksudnya? Untuk memahaminya, bisa menggunakan tabel subnetting yang ada di atas. Dimulai dari urutan angka yang paling atas sampai ke bawah (diurutkan berdasarkan baris tabel): Binary, Bits, Subnets, Jumlah Network, Jumlah Hosts, Jumlah Network yang dipinjam, Jumlah Bit Host yang di pinjam, Masks (CIDR).

c.    Routing
Sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah antar-jaringan (internetwork). Penghalaan juga dapat merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga paket-paket data dapat dialirhantarkan dari satu jaringan ke jaringan selanjutnya. Untuk melakukan hal ini, digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai penghala. Penghala-penghala tersebut akan menerima paket-paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan yang pertama, dan akan meneruskan paket yang diterima kepada penghala lainnya hingga sampai kepada tujuannya.

d.    DMZ
Firewall DMZ (Demilitarized Zone) – atau jaringan perimeter adalah jaringan security boundary yang terletak diantara suatu jaringan corporate / private LAN dan jaringan public (Internet). Firewall DMZ ini harus dibuat jika anda perlu membuat segmentasi jaringan untuk meletakkan server yang bisa diakses public dengan aman tanpa harus bisa mengganggu keamanan system jaringan LAN di jaringan private kita. Perimeter (DMZ) network didesign untuk melindungi server pada jaringan LAN corporate dari serangan hackers dari Internet.

e.    Static routing
Rute yang dipelajari oleh router ketika seorang administrator membentuk rute secara manual. Administrator harus memperbarui atau meng"update" rute statik ini secara manual ketika terjadi perubahan topologi antar jaringan (internetwork).

f.    Dynamic routing
Rute secara Dinamik dipelajari oleh router setelah seorang administrator mengkonfigurasi sebuah protokol routing yang membantu menentukan rute. Tidak seperti rute Statik, pada rute Dinamik, sekali seorang administrator jaringan mengaktifkan rute Dinamik, maka rute akan diketahui dan diupdate secara otomatis oleh sebuah proses routing ketika terjadi.

g.    Metric
Metrik adalah properti dari sebuah rute dalam jaringan komputer, yang terdiri dari nilai apapun digunakan oleh sebuah routing protocol untuk menentukan apakah satu rute tertentu harus dipilih atas yang lain. The tabel routing menyimpan hanya rute terbaik mungkin, sementara link-state atau topological database mungkin menyimpan semua informasi lain juga. Sebagai contoh, Routing Information Protocol menggunakan hopcount (jumlah hop) untuk menentukan yang terbaik mungkin rute. Rute The akan pergi ke arah dari gateway dengan metrik terendah (default gateway).

h.    Network class
Pemabagian kelas kelas IP Adders didasarkan dua hal network ID dan host ID  dari suatu IP Addres.  Setiap IP Addres meruapakan pasangan sebuah network ID dan sebuah host ID. Network ID ialah bagian IP Addres yang digunakan untuk menujukan temapat komputer ini berada, sedangkan host ID ialah bagian dari IP Addres yang digunakan untuk menunjukan workstation, server, router dan semua TCP?IP lainnya dalam jaringan tersebut dalam jaringan host ID harus unik.

•    Kelas A
Karakteristik  :     Format                       : 0nnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh hhhhhhh
Bit pertama                : 0
Panjang NetID           : 8 bit
Panjang HostID         : 24 bit
Byte pertama             : 0 – 127
Jumlah                        : 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range IP                     : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP                    : 16.777.214 IP Adders pada tiap kelas  A
IP Addar kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar. Bit pertama dari kelas A selalu diset 0 sehingga byte terdepan kelas A selalu bernilai antara 0 dan 127. IP Adders kelas A, network ID ialah 8 bit pertama, sedangkan host ID  24 bit berikutnya. Dengan demikian pembacaan IP Adders kelas A :
misalnya  012.26.2.6 ialah :
Network ID                : 012
Host ID                       : 26.2.6
Dengan panjang host ID yang 24 , maka network ini dapat menampung sekitar 16 juta host setiap jaringan .

•    Kelas B
Karakteristik :         Format                       : 10nnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh
Dua bit pertama        : 10
Panjang NetID           : 16 bit
Panjang HostID         : 16 bit
Byte pertama             : 128 – 191
Jumlah                        : 16.384 kelas B
Range IP                     : 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
Jumlah IP                    : 65.532 IP Adders pada tiap kelas B

IP Adders kelas B biasanya dialokasikan untuk jaringan berukuran sedang dan besar. Dua bit pertama dari IP addres kelas B selalu diset 10 sehingga byte terdepan dari IP adders ini selalu bernialai diantara 128 hingga 191. Pada IP Adders kelas B, network ID ialah 16 bit pertama sedangkan 16 bit berikutnya ialah host ID. Dengan demikian pembacaan IP addres kelas B misalkan: 128.29 121.1 ialah:        Network ID                : 128.29
Host ID                       : 121.1
Dengan panjang host ID yang 16 bit, IP Adders Kelas B ini menjangkau sampai 16.320 jaringan dengan masing-masing 65024 host.

•    Kelas C
Karakteristik :        Format                       : 110nnnnn nnnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh
Tiga bit pertama        : 110
Panjang NetID           : 24 bit
Panjang HostID         : 8 bit
Byte pertama             : 192 – 223
Jumlah                        :  2.097.152 kelas C
Range IP                     : 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx
Jumlah IP                    : 65.532 IP Adders pada tiap kelas C

IP Adders kelas C awalnya digunkan untuk jaringan berskala  kecil mislanya LAN. Terdiri atas network 192.0.0.0 sampai 223.255.255.0. Network ID ada pada tiga bit yang pertama selalu berisi 111. Bersama 21 bit berikutnya membentuk network ID 24 bit. Host ID ialah 8 bit terakhir. Kelas ini menjangkau hingga hampir 2 juta jaringan dengan masing-masing 254 host.

•    Kelas D
Karakteristik :    Format                : 1110mmmmm mmmmmmmm mmmmmmmm mmmmmmm
4 Bit pertama     : 1110
Bit multicasting  : 28 bit
Byte inisial           : 224 – 247
Diskripsi               : Kelas  D adalah ruang alamat multicasting RFC (1112)
IP Addres kelas D dipergunakan untuk  IP Adders  multicasting. 4 bit pertama IP Addres kelas D diset 1110 . Bit bit seterusnya diatur sesuai multicasting grup yang menggunakan IP Adders ini. Dalam multicasting tidak dikenal host ID dan network ID.

•    Kelas E
Karakteristik :        Format                       : 1111rrrrr rrrrrrrr rrrrrrrr rrrrrr
4 Bit pertama             : 1111
Bit cadangan              : 28 bit
Byte inisial                 : 248 – 255
Kelas  E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk keperluan   eksperimental. IP Addres kelas E tidak digunakan untuk keperluan umum. 4 bit pertama diset 1111.

i.    Ipv4
Kebutuhan akan fungsi keamanan tidak dapat dipenuhi oleh IPV4, karena pada IP ini memiliki keterbatasan, yaitu hanya mempunyai panjang address sampai dengan 32 bit saja. Dengan demikian, diciptakanlah suatu IP untuk mengatasi keterbatasan resource Internet Protocol yang telah mulai berkurang serta memiliki fungsi keamanan yang handal (relia¬bility). IP tersebut adalah IPV6 (IP Versi 6), atau disebut juga dengan IPNG (IP Next Generation).

j.    Ipv6
IPV6 merupakan pengembangan dari IP terdahulu yaitu IPV4. Pada IP ini terdapat 2 pengalamatan dengan panjang address sebesar 128 bit. Penggunaan dan pengaturan IPV4 pada jaringan dewasa ini mulai mengalami berbagai masalah dan kendala. Di mulai dari masalah pengalokasian IP address yang akan habis digunakan karena banyaknya host yang terhubung atau terkoneksi dengan internet, mengingat panjang addressnya yang hanya 32 bit serta tidak mampu mendukung kebutuhan akan komunikasi yang aman. IPv6 mempunyai tingkat keamanan yang lebih tinggi karena berada pada level Network Layer, sehingga dapat mencakup semua level aplikasi. Hal tersebut berbeda dengan IPV4 yang bekerja pada level aplikasi. Oleh sebab itu, IPV6 mendukung penyusunan address secara terstruktur, yang memungkinkan Internet terus berkembang dan menyediakan kemampuan routing baru yang tidak terdapat pada IPV4.

Setelah menguasai beberapa istilah tersebut, maka Anda harus mengetahui bahwa terdapat perbedaan antara Public network dan  Private network. Hal  ini terlihat jika ditinjau dari sisi penggunaan IP .

Public network
IP Public adalah suatu IP address yang digunakan pada jaringan lokal oleh suatu organisasi dan organisasi lain dari luar organisasi tersebut dapat melakukan komunikasi langsung dengan jaringan lokal tersebut. Contoh pemakaiannya adalah pada jaringan internet. Sedangkan range dari IP Public : range IP address yang tidak termasuk dalam IP Private.

Private network
Berdasarkan jenisnya IP address dibedakan menjadi 2 macam yaitu IP Private dan IP Public. IP Private adalah suatu IP address yang digunakan oleh suatu organisasi yang diperuntukkan untuk jaringan lokal. Sehingga organisasi lain dari luar organisasi tersebut tidak dapat melakukan komunikasi dengan jaringan lokal tersebut. Contoh pemakaiannya adalah pada jaringan intranet. Sedangkan Range IP Private adalah sebagai berikut :
Kelas A : 10.0.0.0 – 10.255.255.255
Kelas B : 172.16.0.0 – 172.31.255.255
Kelas C : 192.168.0.0 – 192.168.255.255

Latihan :
Berikut terdapat sejumlah host pda suatu subnet. Pada masing-masing poin berikanlah perhitungan range IP dan besar alokasi subnetserta berdasarkan perhitungan itu tuliskan NID, gateway, alokasi IP untuk host, netmask, broadcast :
a.    342 host
b.    256 host
c.    999 host
d.    25 host
e.    2 host



Jawab :
a.    Range IP : 192.168.4.0 – 192.168.5.255
Besar subnet : 512
NID : 192.168.4.0/23
Gateway : 192.168.4.1
Alokasi IP host : 192.168.4.2 – 192.168.5.254
Netmask : 255.255.254.0
Broadcast : 192.168.5.255


b.    Range IP : 192.168.6.0 – 192.168.7.255
Besar subnet : 512
NID : 192.168.6.0/23
Gateway : 192.168.6.1
Alokasi IP host : 192.168.6.2 – 192.168.7.254
Netmask : 255.255.254.0
Broadcast : 192.168.7.255

c.    Range IP : 192.168.0.0 – 192.168.3.255
Besar subnet : 1024
NID : 192.168.00/22
Gateway : 192.168.0.1
Alokasi IP host :  192.168.0.2 – 192.168.3.254
Netmask : 255.255.252.0
Broadcast :  192.168.3.255

d.    Range IP : 192.168.8.0 – 192.168.8..31
Besar subnet : 32
NID : 192.168.8.0/27
Gateway : 192.168.8.1
Alokasi IP host : 192.168.8.2 – 192.168.8.30
Netmask : 255.255.255.224
Broadcast: 192.168.8.31

e.    Range IP : 192.168.8.32 – 192.168.8.39
Besar subnet : 8
NID : 192.168.8.32/29
Gateway : 192.168.8.33
Alokasi IP host : 192.168.8.34 – 192.168.5.38
Netmask : 255.255.255.248
Broadcast : 192.168.8.39

Apa yang dimaksud dengan metode perhitungan subnet CIDR, VSLM  dan Seupernetting?

CIDR
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT. Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:













VLSM
VLSM (Variable Length Subnet Mask) adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah terbuang [ruang;spasi] alamat. Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan [bagi/kepada] suatu Admin, kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih lanjut membagi lebih lanjut membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh karena lebar dari subnet akan diperkecil, maka disebut dengan variable subnet length mask Jaringan yang berkaitan dengan router serial interface hanya mempunyai 2 alamat, oleh karena itu jika kita memberi suatu subnet, mungkin paling kecil adalah (/ 30) untuk itu.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask saja, perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok, pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si pemilik Network Address yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet, namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP Address berkelas.

Supernetting
Supernetting dilakukan untuk tujuan memadukan teknologi dari topologi jaringan yang berbeda, membatasi jumlah node dalam satu segmen jaringan dan mereduksi lintasan transmisi yang ditimbulkan oleh broadcast maupun tabrakan (collision) pada saat transmisi data. Subnetting dilakukan dengan mengambil beberapa bit HOST untuk dijadikan bit NETWORK, sehingga terjadi pemindahan “garis pemisah” antara bit-bit  network dengan bit-bit host, dengan memperhatikan kebutuhan jumlah Nomor Host untuk setiap Subnet. Namun adakalanya suatu network tidak mampu menampung sejumlah Host yang diperlukan (sebagai contoh, jumlah Host maksimum dari kelas C adalah 254 buah), dan jika hal ini terjadi (misalkan jumlah Host yang akan digabung >1000 buah), maka untuk mengatasinya dilakukanlah penggabungan dari beberapa jaringan kelas C.


Static routing
Router meneruskan paket dari sebuah network ke network yang lainnya berdasarkan rute (catatan: seperti rute pada bis kota) yang ditentukan oleh administrator. Rute pada static routing tidak berubah, kecuali jika diubah secara manual oleh administrator. Kekurangan dan kelebihan static routing adalah :

i.    Dengan menggunakan next hop
( + ) dapat mencegah trjadinya eror dalam meneruskan paket ke router tujuan apabila router yang akan meneruskan paket memiliki link yang terhubung dengan banyak router.itu disebabkan karena router telah mengetahui next hop, yaitu ip address router tujuan

( – ) static routing yang menggunakan next hop akan mengalami multiple lookup atau lookup yg berulang. lookup yg pertama yang akan dilakukan adalah mencari network tujuan,setelah itu akan kembali melakukan proses lookup untuk mencari interface mana yang digunakan untuk menjangkau next hopnya.

ii.    Dengan menggunakan exit interface
( + ) proses lookup hanya akan terjadi satu kali saja ( single lookup ) karena router akan langsung meneruskan paket ke network tujuan melalui interface yang sesuai pada routing table.

( – ) kemungkinan akan terjadi eror keteka meneruskan paket. jika link router terhubung dengan banyak router, maka router tidak bisa memutuskan router mana tujuanya karena tidak adanya next hop pada tabel routing. karena itulah, akan terjadi eror.

Routing static dengan menggunakan next hop cocok digunakan untuk jaringan multi-access network atau point to multipoint sedangkan untuk jaringan point to point, cocok dengan menggunakan exit interface dalam mengkonfigurasi static route. recursive route lookup adalah proses yang terjadi pada routing tabel untuk menentukan exit interface mana yang akan digunakan ketika akan meneruskan paket ke tujuannya.

Dynamic Routing
Dynamic router mempelajari sendiri Rute yang terbaik yang akan ditempuhnya untuk meneruskan paket dari sebuah network ke network lainnya. Administrator tidak menentukan rute yang harus ditempuh oleh paket-paket tersebut. Administrator hanya menentukan bagaimana cara router mempelajari paket, dan kemudian router mempelajarinya sendiri. Rute pada dynamic routing berubah, sesuai dengan pelajaran yang didapatkan oleh router.
Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah  dynamic routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh protokol routing. Protokol ini didesain untuk mendistribusikan informasi yang secara dinamis mengikuti perubahan kondisi jaringan. Protokol routing mengatasi situasi routing yang kompleks secara cepat dan akurat. Protokol routng didesain tidak hanya untuk mengubah ke rute  backup  bila rute utama tidak berhasil, namun juga didesain untuk menentukan rute mana yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh admin. Router saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan menerima tabel routing. Pemeliharaan jalur dilakukan berdasarkan pada jarak terpendek antara device pengirim dan device tujuan.

Berikut ini adalah contoh beserta penjelasan mengenai syntax- syntax yang terkait dengan static routing pada linux!
Syntaxnya adalah sebagai berikut :

route add -net $NET netmask $MASK gw $GATEWAY
route add -net 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0 gw 192.168.1.254

Tambahkan syntax berikut di atas sesuai dengan perintah :
post-up command
post-up route add -net 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0 gw 192.168.1.254

Berikan perintah untuk menjalankan setelah memberikan tampilan pada interface :
 Edit /etc/network/interfaces, enter dengan cara:
$ sudo vi /etc/network/interfaces
#---------------------------------------#
# Feel free to change IP and gateway    #
# as per your local setup and routing   #
# policy                                #
# Last edited by root @ 23/Oct/2012     #
#---------------------------------------#

#--------------------------------------------#
# Setup the loopback network interface (lo0) #
#--------------------------------------------#
auto lo
iface lo inet loopback

#--------------------------------------------#
# Setup eth0 - connected to private LAN/VLAN #
#--------------------------------------------#
auto eth0
allow-hotplug eth0
iface eth0 inet static
        address 10.70.201.5
        netmask 255.255.255.192
        ### Ubuntu Linux add persistent route command ###
        post-up route add -net 10.0.0.0 netmask 255.0.0.0 gw 10.70.201.6

#----------------------------------------#
# Setup eth1 - connected to the Internet #
#----------------------------------------#
auto eth1
allow-hotplug eth1
iface eth1 inet static
        address 205.153.203.98
        netmask 255.255.255.248
        ### Ubuntu Linux - This is your default gateway ###
        gateway 205.153.203.97

simpan dan kemudian close file. Setelah itu restart networking dengan cara berikut ini:
 $ sudo service networking restart
Atau sebagai root user:
# service networking restart
Lalu pastikan interface dari ubuntu linux yang bersifat statis, routingnya bekerja dengan tepat. Ketikkan perintah berikut untuk melihat apakah table rout yang bersangkutan bekerja dengan baik:

$ /sbin/route –n
atau :
$ ip route show








Tidak ada komentar:

Posting Komentar