Rabu, 03 Oktober 2012

Hati yang Bernyanyi



Pagi itu ,awan mendung bergerak mengikuti langkah kaki seorang putri menjejaki lalu lalang yang sangat sibuk. Seorang pengelana berhenti untuk mengamati apa yang sedang terjadi. Putri itu tertegun di sebuah tempat megah berhiaskan lampu berwarna-warnni di depannya. Ia sangat terkagum, matanya bening bulat bercahaya melihat setiap kali lampu-lampu itu berkedip dan bersenandung taktala ada orang yang masuk atau keluar dari tempat itu. Ia menatap ikan kecil di kantung plastik yang ia genggam entah semenjak kapan itu sambil tersenyum. Entah apa yang ada di pikirannya dan ikannya saat itu, yang jelas senyumnya manis, manis sekali. Putri kecil itu lalu mengajak ikannya mendekati lapisan bening yang membatasi antara tempat ia berpijak dengan lampu warna-warni itu. Sedikit lagi, sedikit lagi rasanya lampu itu akan bernyanyi dan mengedipkan matanya untuk putri kecil. Tetapi ia mengurungkan niatnya dan menatap ikan kecilnya lagi. Wajahnya berubah. Ia sedih. Ia pilu. Matanya tetap bersinar namun pilu. Ia lalu menunduk dan menangis. Ia ingin sekali memperoleh kotak-kotak atau bungkusan yang setiap kali orang-orang keluar dari tempat itu pasti dibawa. Ia ingin sekali lampu-lampu itu bernyanyi dan berkedip hanya untuknya. Ia ingin sekali masuk dan melompat di lantai putih yang selalu mengkilap di balik dinding bening itu.

Seorang bidadari menyadarkan lamunan sedih putri kecil bermata bulat bening itu. Sang bidadari memberikan senyum yang sangat manis, sangat manis kepada puti kecil yang amat disayanginya yang tersenyum kepada ikannya untuk memberitahu bahwa bidadari yang mereka tunggu telah datang. Putri kecil menitipkan ikan kecilnya kepada bidadari cantik. Ia percaya bidadari dan ikan kecilnya tak akan saling menyakiti karena putri menyayangi mereka. Putri kembali ke depan dinding bening lagi untuk melihat lampu bernyanyi. Ia tertegun, kembali mengaguminya tiada henti. Ia menatap bidadari dan ikan kecilnya dan sekarang melihat jari kelingkingnya. Kelingking kecil tidak membalas senyum putri yang selalu bersinar matanya itu. Tetapi ia terus mengamatinya. Tanpa sadar ia melangkah terlalu dekat ke arah lampu bernyanyi itu. Tiba-tiba lampu itu bernyanyi dan memainkan matanya. Putri itu menangis. Ia sangat senang. Ia melompat girang hingga sebuah suara tamparan keras mengenai pipinya yang kecil. Seorang lelaki berteriak menyuruhnya pergi. Ia terdiam. Ia ingin teriak tetapi tidak kuasa. Hanya suara-suara yang tidak jelas yang keluar dari bibir kecilnya yang ketakutan itu. Bidadari dan ikannya berlari menghampiri. Memeluk putri itu. Mata bidadari mengisyaratkan hati yang begitu terluka, tetapi ia kuat. Ia ingin putri kecil tahu bahwa ia ada untuk melindunginya. Putri berhenti menangis. Ia lalu turun dari pelukan bidadari itu dan menggenggam tanganya. Ikan kecil di kiri dan tangan bidadari di kanan genggamannya sekarang. Mereka lalu berjalan meninggalkan tempat itu sambil tersenyum. Putri kecil memandang ke arah pengelana yang matanya mulai berbinar-binar. Pengelana itu kiranya terpukul juga jiwanya melihat peristiwa itu. Seolah menyadarinya atau mungkin sebenarnya putri kecil tahu manakala semua kejadian tadi terekam di ingatan sang pengelana, ia menoleh ke belakang. Seolah ia ingin agar cerita tentangnya tak hanya berhenti di satu hati. Hati sang pengelana. Ia ingin bernyanyi ke hati yang lain dan berharap kisahnya pun dinyanyikan lagi oleh hati berikutnya. Kisah tentang perjalanan seorang anak bisu dan terbelakang mentalnya bersama seekor ikan kecil dan seorang bidadari yang dipanggilnya ibu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar